Sebelum membahas tentang
bagaimana pengendalian hayati berkaitan dengan epidemi penyakit, kita flashback
sekilas dahulu tentang pengertian pengendalian hayati.
De Bach (1964): “the action of parasites, predators, or pathogens in maintaining another
organism’s population density at a lower average than would occur in
their absence” kemampuan predator,
parasitoid, maupun pathogen dalam menjaga kepadatan populasi organisme lain
lebih rendah daripada keadaan mereka tidak ada.
“the reduction of the
amount of inoculums density and or
disease-producing activities of a pathogens accomplished by or through one or more organisms other than man” (Cook & Baker, 1983). Pengurangan
jumlah kepadatan inokulum dan atau produksi penyakit oleh patogen dengan
pencapaiannya oleh atau melalui satu atau lebih organism lain selain manusia,
National Academic Sciences (1987) defined the biological control as
“the use of natural or modified
organisms, genes, or gene products, to
reduce the effects of undesirable organisms (pest) and favor desirable organism
such crops, trees, animals and beneficial insects and microorganisms”.
Penggunaan organisme alami atau yang sudah dimodifikasi, gen atau produk gen
untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan dari organisme (hama) dan
mendukung organisme yang diinginkan seperti
tanaman, hewan, serangga berguna dan microorganisme.
Pengendalian hayati tidak hanya
untuk hama saja namun juga untuk patogen tanaman. Pengendalian hayati untuk
hama dapat dilakukan dengan penggunaan musuh alami sedang untuk patogen tanaman
dapat dilakukan dengan penggunaan antagonisnya. Hal ini dilakukan untuk
penekanan populasi atau kepadatan organisme yang tidak diinginkan (hama ataupun pathogen
tanaman).
Apa
itu epidemi penyakit?
Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi 3
yaitu ( Endemi, Sporadis dan Epidemi ).
1. Endemi yaitu penyakit yang selalu
timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.
2. Sporadis yaitu penyakit yang
timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
3. Epidemi Penyakit atau juga bisa dikatakan penyakit epidemi dapat
diartikan dengan : adanya peningkatan pertumbuhan penyakit pada waktu dan
wilayah tertentu dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti.
Walaupun
antara penyakit endemi dan penyakit epidemi
yang sama-sama mempunyai tingkat kerugian cukup berarti, namun keduanya
mempunyai sisi perbedaan. Perbedaannya terdapat
pada tingkat fluktualitas perkembangan dan waktu terjadinya. Epidemi penyakit perlu
untuk diwaspadai karena perkembangannya yang fluktuatif dalam waktu-waktu
tertentu.
How is the epidemic disease occurred
?
Di sini lah letak
kerkaitan antara pengendalian hayati dan epidemi penyakit. Epidemi penyakit
terjadi karena tidak seimbangnya jaring hayati
pada ekosistem sehingga menyebabkan tidak
seimbangnya pula pengendalian hayati. Ketidak seimbangan pengendalian hayati
dapat disebabkan oleh patogen, inang, antagonisnya dan lingkungan abiotik.
·
Patogen
Dari sisi patogen,
keseragaman genetik, virulensi tinggi, populasi tinggi dan tidak seimbang
dengan antagonis menyebabkan ketidak seimbangan pengendalian hayati. Dengan adanya
keseragaman gen misal keseragaman gen bervirulen tinggi yang nantinya akan
berakibat pada populasinya yang tinggi dan tidak seimbang dengan perkembangan
antagonisnya, sehinnga terjadilah penyakit epidemi. Di sisi lain hal ini juga
justru merugikan untuk patogen itu sendiri. Virulensi tinggi dan populasi tinggi dapat berakibat pada matinya
inang yang dimana matinya inang tersebut nantinya juga akan berakibat buruk
bagi perkembangan pathogen itu sendiri.
·
Inang
Keseragaman genetik,
kerentanan tinggi, tanam terus-menerus
dan pertanaman yang luas merupakan factor dari inang yang menyebabkan ketidak
seimbangan pengendalian hayati dan berujung pada terjadinya penyakit epidemi.
-
Keseragaman genetik : baik keseragaman genetik
bersifat rentan atau tahan, semua dapat berakibat pada ketidak seimbangan
pengendalian hayiti. Tanaman bersifat rentan seragam, jelas sangat mudah sekali
pathogen untuk berkembang sehingga terjadi epidemi penyakit. Tanaman bersifat
tahan serangam juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya epidemi
penyakit. Hal ini dapat terjadi karena dengan tanaman yang bersifat seragam
maka patogen tidak akan berdiam diri. Tanaman tahan akan merangsang terjadinya
seleksi pada proses evolusi. Patogen yang bervirulen randah akan tersingkir dan
patogen yang bervirulen tinggi akan berkembang untuk “membobol” ketahanan
tanaman. Karena semua tanaman memiliki “genectically homogeneous”
Sehingga
nantinya ketika patogen telah berhasil menembus ketahanan satu tanaman maka semua tanaman juga akan terkena
serangan pathogen tersebut.
-
Tanaman yang ditanam secara terus
menerus dan secara luas jelas epedemi penyakit bias terjadi karena siklus
kehidupan pathogen tidak terputus dengan ketersedian inang secara terus menerus
tersebut.
·
Antagonis
Ketidak seimbangan pengendalian
hayati dari faktor antagonis terjadi karena : tidak adanya atau rendahnya
populasi antagonis, nutrisi untuk antagonis rendah, lingkungan tidak
menguntungkan bagi antagonis, pengahambatan antagonis oleh microorganisme lain,
antibiotik antagonis terserap tanah dan antibibiotik antagonisme tidak aktif
karena microorganisme lain.
·
Lingkungan
Abiotik yang menguntungkan pathogen dan tidak menguntungkan untuk inang dan
antagonis jelas menimbulkan ketidakseimbangan pengendalian hayati dan
terjadilah epidemic penyakit.
Keadaan yang
menguntungkan untuk penyakit epidemi nantinya akan menjadikan “conductive area”
dan yang tidak menguntungkan bagi epidemic akan menjadi “suppressive area”
(area yang bersifat menekan). “suppressive area”
(area yang bersifat menekan) dapat terjadi ketika tidak ada patogen atau gen pathogen
yang tidak cocok (incompatible) dengan inangnya, inang tahan, lingkungan tidak
mendukung untuk bertanam dalam beberapa periode atau selamanya dan efektinya
antagonis.
Pengendalian hayati
dapat dikembangkan tau diterapkan melalui pengembangan “suppressive soil.” Suppressive
soil dapat diciptakan melalui pemanfaatan tanah suppressive alami, transfer
microba antagonis, perlakuan tanah untuk meninggikan peran antagonis setempat,
menanam tanaman resisten/ tahan yang stabil, menanam tanaman yang dapat
berasosiasi dengan patogen, mandatangkan antagonis dari luar dan cross
protection (memindahkan antara galur pathogen satu dengan galur pathogen lainnya.
Sumber : Kuliahku Pengendalian Hayati
dan Pengolahan Habitat.
Tulisan ini adalah catatan hasil
penangkapan saya saat kuliah.. Mohon maaf jika ada kekurangan.. Semoga dapat berguna
untuk yang lain juga. Salam semangat she
say_yekti ^_^
untuk slide ppt'nya dari pak dosen dapat diunduh disini Kuliah 2 Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
untuk slide ppt'nya dari pak dosen dapat diunduh disini Kuliah 2 Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar