Jumat, 14 September 2012

PENGENDALIAN HAYATI KAITANNYA DENGAN PENYAKIT EPIDEMI


Sebelum membahas tentang  bagaimana pengendalian hayati berkaitan dengan epidemi penyakit, kita flashback sekilas dahulu tentang pengertian pengendalian hayati.
Apa definisi Pengendalian Hayati ?
De Bach (1964): “the action of parasites, predators, or pathogens in maintaining another organism’s population density at a lower average than would occur in their absence” kemampuan  predator, parasitoid, maupun pathogen dalam menjaga kepadatan populasi organisme lain lebih rendah daripada keadaan mereka tidak ada.
the reduction of the amount of  inoculums density and or disease-producing activities of a pathogens  accomplished   by  or   through one    or  more organisms other  than man       (Cook & Baker, 1983). Pengurangan jumlah kepadatan inokulum dan atau produksi penyakit oleh patogen dengan pencapaiannya oleh atau melalui satu atau lebih organism lain selain manusia,
National Academic Sciences (1987) defined the biological control as
the use of natural or modified organisms,  genes, or gene products, to reduce the effects of undesirable organisms (pest) and favor desirable organism such crops, trees, animals and beneficial insects and microorganisms”. Penggunaan organisme alami atau yang sudah dimodifikasi, gen atau produk gen untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan dari organisme (hama) dan mendukung organisme yang diinginkan seperti  tanaman, hewan, serangga berguna dan microorganisme.
            Pengendalian hayati tidak hanya untuk hama saja namun juga untuk patogen tanaman. Pengendalian hayati untuk hama dapat dilakukan dengan penggunaan musuh alami sedang untuk patogen tanaman dapat dilakukan dengan penggunaan antagonisnya. Hal ini dilakukan untuk penekanan populasi atau kepadatan organisme yang tidak diinginkan (hama ataupun pathogen tanaman).
Apa itu epidemi penyakit?
Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi 3 yaitu ( Endemi, Sporadis dan Epidemi ). 
1.      Endemi yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.
2.      Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.
3.    Epidemi Penyakit atau  juga bisa dikatakan penyakit epidemi dapat diartikan dengan : adanya peningkatan pertumbuhan penyakit pada waktu dan wilayah tertentu dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti.
Walaupun antara  penyakit endemi dan penyakit epidemi yang sama-sama mempunyai tingkat kerugian cukup berarti, namun keduanya mempunyai sisi perbedaan. Perbedaannya  terdapat pada tingkat fluktualitas perkembangan dan waktu terjadinya. Epidemi penyakit perlu untuk diwaspadai karena perkembangannya yang fluktuatif dalam waktu-waktu tertentu.
How is the epidemic disease occurred ?
Di sini lah letak kerkaitan antara pengendalian hayati dan epidemi penyakit. Epidemi penyakit terjadi karena tidak seimbangnya  jaring hayati  pada ekosistem sehingga menyebabkan tidak seimbangnya pula pengendalian hayati. Ketidak seimbangan pengendalian hayati dapat disebabkan oleh patogen, inang, antagonisnya dan lingkungan abiotik.
·         Patogen
Dari sisi patogen, keseragaman genetik, virulensi tinggi, populasi tinggi dan tidak seimbang dengan antagonis menyebabkan ketidak seimbangan pengendalian hayati. Dengan adanya keseragaman gen misal keseragaman gen bervirulen tinggi yang nantinya akan berakibat pada populasinya yang tinggi dan tidak seimbang dengan perkembangan antagonisnya, sehinnga terjadilah penyakit epidemi. Di sisi lain hal ini juga justru merugikan untuk patogen itu sendiri. Virulensi tinggi dan  populasi tinggi dapat berakibat pada matinya inang yang dimana matinya inang tersebut nantinya juga akan berakibat buruk bagi perkembangan pathogen itu sendiri.
·         Inang
Keseragaman genetik, kerentanan tinggi, tanam  terus-menerus dan pertanaman yang luas merupakan factor dari inang yang menyebabkan ketidak seimbangan pengendalian hayati dan berujung pada terjadinya penyakit epidemi.
-          Keseragaman genetik : baik keseragaman genetik bersifat rentan atau tahan, semua dapat berakibat pada ketidak seimbangan pengendalian hayiti. Tanaman bersifat rentan seragam, jelas sangat mudah sekali pathogen untuk berkembang sehingga terjadi epidemi penyakit. Tanaman bersifat tahan serangam juga tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya epidemi penyakit. Hal ini dapat terjadi karena dengan tanaman yang bersifat seragam maka patogen tidak akan berdiam diri. Tanaman tahan akan merangsang terjadinya seleksi pada proses evolusi. Patogen yang bervirulen randah akan tersingkir dan patogen yang bervirulen tinggi akan berkembang untuk “membobol” ketahanan tanaman. Karena semua tanaman memiliki “genectically homogeneous”
Sehingga nantinya ketika patogen telah berhasil menembus ketahanan satu  tanaman maka semua tanaman juga akan terkena serangan pathogen tersebut.
-          Tanaman yang ditanam secara terus menerus dan secara luas jelas epedemi penyakit bias terjadi karena siklus kehidupan pathogen tidak terputus dengan ketersedian inang secara terus menerus tersebut.
·         Antagonis
Ketidak seimbangan pengendalian hayati dari faktor antagonis terjadi karena : tidak adanya atau rendahnya populasi antagonis, nutrisi untuk antagonis rendah, lingkungan tidak menguntungkan bagi antagonis, pengahambatan antagonis oleh microorganisme lain, antibiotik antagonis terserap tanah dan antibibiotik antagonisme tidak aktif karena microorganisme lain.
·          Lingkungan Abiotik yang menguntungkan pathogen dan tidak menguntungkan untuk inang dan antagonis jelas menimbulkan ketidakseimbangan pengendalian hayati dan terjadilah epidemic penyakit.

Keadaan yang menguntungkan untuk penyakit epidemi nantinya akan menjadikan “conductive area” dan yang tidak menguntungkan bagi epidemic akan menjadi “suppressive area” (area yang bersifat menekan). “suppressive area” (area yang bersifat menekan) dapat terjadi ketika tidak ada patogen atau gen pathogen yang tidak cocok (incompatible) dengan inangnya, inang tahan, lingkungan tidak mendukung untuk bertanam dalam beberapa periode atau selamanya dan efektinya antagonis.
Pengendalian hayati dapat dikembangkan tau diterapkan melalui pengembangan “suppressive soil.” Suppressive soil dapat diciptakan melalui pemanfaatan tanah suppressive alami, transfer microba antagonis, perlakuan tanah untuk meninggikan peran antagonis setempat, menanam tanaman resisten/ tahan yang stabil, menanam tanaman yang dapat berasosiasi dengan patogen, mandatangkan antagonis dari luar dan cross protection (memindahkan antara galur pathogen satu dengan galur pathogen lainnya.

Sumber : Kuliahku Pengendalian Hayati dan Pengolahan Habitat.
Tulisan ini adalah catatan hasil penangkapan saya saat kuliah.. Mohon maaf jika ada kekurangan.. Semoga dapat berguna untuk yang lain  juga. Salam semangat she say_yekti ^_^
untuk slide ppt'nya dari pak dosen dapat diunduh disini Kuliah 2 Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar